Siapa diantara siswa dan alumni SMAGHA yang tidak tahu Sensei Eli? Hampir semua mengingat namanya. Entah karena keramah tamahannya atau karena “kepeduliannya”? Atau karena pembelajarannya yang selalu menuntut siswa untuk menghafal kosa kata Jepang dengan suara keras. Atau juga mengajarkan budaya baik dari Jepang seperti tata krama murid telat masuk kelas wajib mengetuk pintu dan mengatakan “sensei osokunatte sumimassen”.
Sensei Eli memiliki nama lengkap Dra. Elizabeth Cornelia Lilik Nur wulan Pudji Astutik. Beliau lahir di Sumenep, 6 Juli 1959. Sensei Eli anak ke 9 dari 9 saudara. Pekerjaan ayahnya, sebagai pegawai pegadaian dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Sensei Eli menempuh pendidikan dasarnya di SD Krajan yang sekarang menjadi SD Teladan 1 hingga tahun 1976. Setelah tamat, beliau melanjutkan ke SMP Katolik Yustinus Deakobus hingga tahun 1979. Setelah itu melanjutkan ke SMA Katolik Untung Suropati (Krian) hingga tahun 1981.
Sebelum beliau memasuki dunia perkuliahan tidak ada rencana untuk masuk ke Jurusan Bahasa Jepang, tetapi berkat arahan kakaknya, akhirnya Sensei Eli mengambil jurusan bahasa Jepang. Pengambilan Jurusan Bahasa Jepang itu, dilatarbelakangi informasi bahwa jurusan tersebut masih awal pembukaan di Fakultas Pendidikan Bahasa, Sastra dan Seni IKIP Surabaya. Kemungkinan besar, bila jurusan itu dipilih, Sensei Eli akan mudah diterima.
Dan benarlah prediksi itu, akhirnya Sensei Eli diterima di IKIP Surabaya. Dan dapat menyelesaikan kuliahnya tahun 1986 meskipun dengan berbagai rintangan yang menghalanginya. Seperti belajar bahasa Jepang dari dasar hingga tingkat mahir. Sensei Eli menyatakan, untuk belajar bahasa Jepang dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Bila tidak maka akan jatuh ditengah jalan. Seperti yang dialami teman teman seangkatannya. Dari 65 mahasiswa yang terdaftar, tinggal 30 mahasiswa yang masih bertahan hingga wisuda.
Sensei Eli memulai perjalanan kariernya saat masih menempati bangku Sekolah Menengah Atas yakni menjadi tenaga kependidikan di Sekolah Dasar Katolik (Krian) pada tahun 1979-1980, setelah mengakhiri pendidikan Strata 1 beliau menjadi guru Bahasa Jepang di SMA Katolik Unsur Gama pada tahun 1986-1987. Pada tahun 1987, Sensei Eli menerima surat keputusan sebagai guru bahasa Jepang di SMA Negeri 1 Sidoarjo, dan pada tahun 1989 mutasi ke SMA Negeri 4 Mojokerto (Yang sekarang menjadi SMAN 3 Mojokerto).
Di SMA Negeri 3 Mojokerto, Sensei Eli mengajar bahasa Jepang hingga pensiun pada tahun 2019. Dikarenakan SMA Negeri 3 Mojokerto masih membutuhkan tenaganya untuk mengajar bahasa Jepang, maka beliau diminta mengajar hingga satu tahun berikutnya. Sembari mengajar Bahasa Jepang, Sensei Eli juga mengajar Pendidikan Agama Katolik selama 9 jam.
Pada hari guru ini, Sensei Eli berpesan kepada semua guru, untuk terus belajar. Sebab pada saat pandemi ini, guru dituntut kreatif seperti siswanya. Yakni menguasai IT yang terus berkembang. Dan Sensei Eli berpesan kepada semua muridnya, untuk belajar bertanggungjawab terhadap tugas tugas yang diberikan oleh gurunya tanpa keluh kesah. (Putri)